Wednesday, March 28, 2012

Komposlit Bagian I


RPH Ampel Boyolali

Komposlit ( Kompos Zeolit )
Oleh : Daryono, S.Pd., MT*)

M
enurut data statistik peternakan dan perikanan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali tahun 2005 jumlah sapi potong 88.257 ekor, peternaknya merata seluruh 19 kecamatan di kabupaten Boyolali, Dari jumlah tersebut sapi yang di potong di Rumah Potong Hewan Ampel Boyolali sebanyak 45.725 ekor (yang berarti lebih dari 50% populasi sapi potong). 

Tabel.1 Jumlah Sapi yang dipotong di RPH Ampel
No
Bulan
Tahun
2003
2004
2005
2006
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
1
Januari
3.024
636
3.149
597
3.087
604
2.251
388
2
Pebruari
2.972
555
3.424
564
2.915
428
1.361
306
3
Maret
2.539
507
3.106
544
3.010
349
3.437
450
4
April
2.753
510
3.324
536
3.038
408
2.631
356
5
Mei
2.862
548
3.424
576
3.512
457
2.803
440
6
Juni
3.250
633
3.804
575
3.265
409
2.597
310
7
Juli
3.184
647
4.262
610
3.761
366
2.891
314
8
Agustus
3.297
659
4.210
641
3.820
464
2.940
310
9
September
3.200
609
2.923
656
3.884
495
2.943
300
10
Oktober
3.513
640
3.454
647
3.729
513
4.102
398
11
Nopember
3.782
702
3.405
618
3.457
418
2.830
427
12
Desember
3.691
586
3.358
577
2.836
500
3173
382
Jumlah
38.067
7.232
41.843
7.141
40.314
5.411
33.959
4.381
Total
45.299
48.984
45.725
38.340
Rata-rata/hari
126
136
127
106,5
Sumber : Data RPH, Ampel,Boyolali

Bahan Baku Pembuatan Kompolsit dari RPH Ampel





Setiap sapi yang dipotong menghasilkan kotoran padat (bancen) yang berasal dari isi rumen sekitar 30 kg. Jumlah sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan Kabupaten Boyolali rata-rata perhari lebih dari 100 ekor, sehingga jumlah kotoran yang dihasilkan lebih dari 3 ton / hari. Limbah yang berasal dari kotoran sapi baik berupa kotoran maupun urinnya bila tidak ditangani secara benar akan menimbulkan gangguan pada lingkungan sekitar yaitu sebagai media berkembangbiaknya mikroorganisme. Apabila penanganan limbah ternak ini kurang profesional, tentunya akan menimbulkan dampak negatif, terutama jika limbah ini dibuang langsung ke badan air, maka kehidupan biota perairan akan terganggu.
Penggunaan pupuk anorganik (pabrik) dalam waktu lama dan terus-menerus, mengakibatkan sifat fisik tanah memburuk, tanah menjadi padat, terjadi penimbunan fosfat, keadaan mikrobiologi tanah kurang serasi sehingga kegiatan mikroorganisme tanah merosot. Hal ini disebabkan karena kandungan kompos  tanah telah merosot. Kompos merupakan kunci utama untuk menjaga kesehatan tanah, secara fisik, kimia dan biologi. Oleh karena itu, upaya memperbaiki kesehatan tanah dilakukan melalui  pengelolaan kompos
Pada umumnya di lapangan, pupuk organik ini dikenal dengan nama pupuk kompos. Maksudnya adalah pupuk yang berasal dari bahan organik yang telah di-dekomposisi (di degradasi). Biasanya untuk membuat kompos ini, dilibatkan / ditambahkan bakteri yang membantu mempercepat proses pen-degradasian (dekomposisi). Sebetulnya di alam dengan sendirinya akan mendekomposisi bahan-bahan organik tersebut dengan bakteri yang ada di alam, beserta bantuan mikroorganisme lainnya, tetapi untuk meghancurkan bahan-bahan organik tersebut memerlukan waktu yang lama. Sedangkan permasalahan sekarang adalah untuk mendapatkan kompos yang cepat dan bermutu. Kotoran sapi merupakan bahan yang baik untuk kompos karena relatif tidak terpolusi logam berat dan antibiotik. Kandungan fosfor yang rendah pada pupuk kandang dapat dipenuhi dari sumber lain. Prinsip pembuatan kompos adalah penguraian limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas mikroorganisme.

Bersambung . . .
Untuk materi selanjutnya silakan klik disini

*) Guru  SMK Negeri 1 Mojosongo

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...