Oleh F Suryadjaja
Kejang Demam |
Kejang demam (febrile
seizure) memang manifestasi klinis umum dialami pada usia bayi atau anak.
Dengan data statistik dapat dideskripsikan, kejang demam menyerang usia 6 bulan
hingga 5 tahun. Bila didapatkan bayi berusia di bawah satu bulan mengalami
serangan kejang, maka tidak didiagnosis sebagai kejang demam. Penyebab kejang
demam selama ini tidak diketahui. Untungnya, tidak ada yang berujung pada
kematian pada bayi atau anak yang terdiagnosis kejang demam. Bilamana sampai
ada kejadian fatal (kematian) pada dugaan kejang demam, maka kejang tersebut
bukan terkait kejang demam.
Kejang demam terjadi segera setelah anak mengalami demam
tinggi dengan suhu dubur di atas 38 derajat celcius. Karena itu, pergerakan
kenaikan suhu perlu dicermati oleh para orang tatkala putra atau putrinya
sedang demam (febris). Menghambat kenaikan suhu tubuh pada periode febris
dengan bantuan obat antipiretika parasetamol dalam dosis yang tepat,
direkomendasikan secara medis sebagai salah satu upaya prevensi untuk
mengurangi kemungkinan terjadi serangan kejang. Kompres air hangat juga
diperkenankan.
Kondisi tubuh yang kejang, tak ayal mendorong orang tua
membopong bayi atau anak tersebut, meski masih dalam kondisi kejang, menuju
pusat layanan medis. Dengan anamnesis dan observasi yang cermat dapat diperoleh
dugaan diagnosis kejang demam sederhana, jikalau perlangsungan serangan kurang dari 15 menit. Sebab setelah 15 menit,
serangan kejang berhenti sendiri, walau tanpa intervensi pemberian obat
diazepam. Pemberian diazepam dilandasi maksud menghentikan serangan kejang,
agar tidak berlanjut hingga 15 menit, sehingga risiko cedera fisik dapat diminimalisasi.
Pada kejang demam sederhana, serangan kejang terjadi pada
seluruh tubuh. Tubuh bayi atau anak tampak kaku dan sirna begitu periode
serangan kejang berakhir. Dilihat dari aspek saat munculnya kejang, serangan
kejang muncul dalam kurun waktu 24 jam setelah suhu dubur (suhu rektal)
melebihi 38 derajat celcius. Dalam satu tahun, frekuensi serangan kejang
maksimum 4 kali. Bila lebih dari empat kali, maka tidak didiagnosis sebagai
kejang demam sederhana.
Pada pemeriksaan jasmani, pemeriksaan penunjang
laboratorium dan radiologis, tidak ditemukan adanya kelainan neurologis pada
anak dengan diagnosis kejang demam sederhana. Pemeriksaan elektroensefalografi
(EEG) menunjukkan hasil normal bila dilakukan hingga satu minggu setelah
serangan kejang. Hasil normal ini menjadi pembeda klasik dengan hasil
pemeriksaan EEG pada pengidap epilepsi. Pemeriksaan EEG tidak mutlak dianjurkan
untuk membantu penetapan diagnosis dan evaluasi perkembangan jangkitan kejang
demam.
Pentingnya edukasi
Sebagai pertolongan pertama di rumah (prehospital),
pemberian diazepam lewat dubur hanya diperkenankan maksimal dua kali.
Aturannya, untuk satu kali pemberian diazepam rektal (supositoria),
diperbolehkan takaran dosis 5 miligram untuk bayi atau anak kurang dari 10
kilogram berat badan. Sedangkan anjuran dosis 10 miligram diperuntukkan bagi
anak dengan berat badan lebih dari 10 kilogram. Takaran dosis, tentu dilatari
dengan rekomendasi dokter juga. Diperlukan interval waktu 15 – 20 menit antara
pemberian supositoria diazepam yang pertama kali dengan yang kedua.
Sebagai antisipasi untuk pertolongan pertama di rumah, atas
rekomendasi dokter, supositoria diazepam seyogianya tetap tersedia minimal dua
set yang disimpan dalam lemari obat atau tempat penyimpanan yang mudah diingat,
namun tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Pemberian supositoria diazepam
untuk ketiga kali direkomendasikan dalam pengamatan langsung klinisi medis
(hospital), terkait antisipasi risiko gangguan pernapasan oleh diazepam.
Prevalensi kejang demam terjadi pada 2 – 4 persen dari
populasi usia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang demam sederhana merupakan 80
persen dari semua kasus kejang demam. Sisanya 20 persen ditempati oleh kejang
demam kompleks. Sekalipun kejang demam kompleks sering dialami oleh anak normal
pada usia 17 – 23 bulan (1½ – 2 tahun). Namun, tidak menutup kemungkinan
menjangkiti bayi normal pada usia kurang dari 6 bulan. Sebaliknya, tidak
ditemukan pada anak di atas usia 5 tahun. Sekian.
Dr. F. Suryadjaja adalah dokter bertugas di Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali, Jalan Pandanaran 156. Telp. 0276-321009, 321084.
Kode pos 57311.
No comments:
Post a Comment