Thursday, October 13, 2011

PERTOLONGAN PERTAMA KEJANG DEMAM


Oleh  F  Suryadjaja
Kejang Demam
Kejang demam (febrile seizure) memang manifestasi klinis umum dialami pada usia bayi atau anak. Dengan data statistik dapat dideskripsikan, kejang demam menyerang usia 6 bulan hingga 5 tahun. Bila didapatkan bayi berusia di bawah satu bulan mengalami serangan kejang, maka tidak didiagnosis sebagai kejang demam. Penyebab kejang demam selama ini tidak diketahui. Untungnya, tidak ada yang berujung pada kematian pada bayi atau anak yang terdiagnosis kejang demam. Bilamana sampai ada kejadian fatal (kematian) pada dugaan kejang demam, maka kejang tersebut bukan terkait kejang demam.
Kejang demam terjadi segera setelah anak mengalami demam tinggi dengan suhu dubur di atas 38 derajat celcius. Karena itu, pergerakan kenaikan suhu perlu dicermati oleh para orang tatkala putra atau putrinya sedang demam (febris). Menghambat kenaikan suhu tubuh pada periode febris dengan bantuan obat antipiretika parasetamol dalam dosis yang tepat, direkomendasikan secara medis sebagai salah satu upaya prevensi untuk mengurangi kemungkinan terjadi serangan kejang. Kompres air hangat juga diperkenankan.  

Kondisi tubuh yang kejang, tak ayal mendorong orang tua membopong bayi atau anak tersebut, meski masih dalam kondisi kejang, menuju pusat layanan medis. Dengan anamnesis dan observasi yang cermat dapat diperoleh dugaan diagnosis kejang demam sederhana, jikalau perlangsungan serangan  kurang dari 15 menit. Sebab setelah 15 menit, serangan kejang berhenti sendiri, walau tanpa intervensi pemberian obat diazepam. Pemberian diazepam dilandasi maksud menghentikan serangan kejang, agar tidak berlanjut hingga 15 menit, sehingga risiko cedera fisik dapat diminimalisasi.
Pada kejang demam sederhana, serangan kejang terjadi pada seluruh tubuh. Tubuh bayi atau anak tampak kaku dan sirna begitu periode serangan kejang berakhir. Dilihat dari aspek saat munculnya kejang, serangan kejang muncul dalam kurun waktu 24 jam setelah suhu dubur (suhu rektal) melebihi 38 derajat celcius. Dalam satu tahun, frekuensi serangan kejang maksimum 4 kali. Bila lebih dari empat kali, maka tidak didiagnosis sebagai kejang demam sederhana.
Pada pemeriksaan jasmani, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologis, tidak ditemukan adanya kelainan neurologis pada anak dengan diagnosis kejang demam sederhana. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) menunjukkan hasil normal bila dilakukan hingga satu minggu setelah serangan kejang. Hasil normal ini menjadi pembeda klasik dengan hasil pemeriksaan EEG pada pengidap epilepsi. Pemeriksaan EEG tidak mutlak dianjurkan untuk membantu penetapan diagnosis dan evaluasi perkembangan jangkitan kejang demam.
Pentingnya  edukasi
Sebagai pertolongan pertama di rumah (prehospital), pemberian diazepam lewat dubur hanya diperkenankan maksimal dua kali. Aturannya, untuk satu kali pemberian diazepam rektal (supositoria), diperbolehkan takaran dosis 5 miligram untuk bayi atau anak kurang dari 10 kilogram berat badan. Sedangkan anjuran dosis 10 miligram diperuntukkan bagi anak dengan berat badan lebih dari 10 kilogram. Takaran dosis, tentu dilatari dengan rekomendasi dokter juga. Diperlukan interval waktu 15 – 20 menit antara pemberian supositoria diazepam yang pertama kali dengan yang kedua.
Sebagai antisipasi untuk pertolongan pertama di rumah, atas rekomendasi dokter, supositoria diazepam seyogianya tetap tersedia minimal dua set yang disimpan dalam lemari obat atau tempat penyimpanan yang mudah diingat, namun tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Pemberian supositoria diazepam untuk ketiga kali direkomendasikan dalam pengamatan langsung klinisi medis (hospital), terkait antisipasi risiko gangguan pernapasan oleh diazepam.
Prevalensi kejang demam terjadi pada 2 – 4 persen dari populasi usia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang demam sederhana merupakan 80 persen dari semua kasus kejang demam. Sisanya 20 persen ditempati oleh kejang demam kompleks. Sekalipun kejang demam kompleks sering dialami oleh anak normal pada usia 17 – 23 bulan (1½ – 2 tahun). Namun, tidak menutup kemungkinan menjangkiti bayi normal pada usia kurang dari 6 bulan. Sebaliknya, tidak ditemukan pada anak di atas usia 5 tahun. Sekian.

Dr. F. Suryadjaja adalah dokter bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Jalan Pandanaran 156. Telp. 0276-321009, 321084. Kode pos 57311.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...